medis, parenting, bisnis, religi

Bila Malam Bertambah Malam

Ini adalah kali pertama saya menulis sinopsis buku yang saya baca melalui Ipusnas. Setelah satu tahun lebih naluri membaca turun drastis karena tidak dikejar deadline mengembalikan buku perpustakaan, saya pun terpikir, “Kenapa tidak pinjam buku online saja di Ipusnas?”


Dengan dorongan hati itulah saya pun kembali mendownload aplikasi Ipusnas. Setelah menengok sana-sini mau membaca ebook yang mana, saya pun mentok tak ide. Iseng-iseng tiba-tiba terpikir untuk membaca karya sastra saja yang ringan dan bukan buku-buku nonfiksi seperti favorit saya biasanya. Lalu mata saya pun terjatuh pada buku ini, semata-mata karena kebesaran nama “Putu Wijaya”.


Ingin tahu seperti apa bukunya? Simak ya….


Bila Malam Bertambah Malam Putu Wijaya


Identitas Buku

Judul : Bila Malam Bertambah Malam

Penulis: Putu Wijaya

Penerbit: Pustaka Jaya (Bandung)

Tahun terbit:1971

Penokohan

Ada empat tokoh yang bermain dalam buku ini, plus satu tokoh yang sudah meninggal namun disebut-sebut sejak awal hingga akhir cerita.


Gusti Biang

DIa adalah sosok wanita bangsawan yang gila hormat. Usianya sudah lanjut, namun tak rela jika ada wanita lain yang tampak lebih cantik dan mempesona dibanding dirinya. Kesan yang ditampilkan sejak awal cerita adalah sombong, kasar, dan selalu ingin dituruti. Namun ternyata ada kepribadian lain yang tiba-tiba muncul di akhir cerita.


Wayan

Dia adalah sosok laki-laki pelayan Gusti Biang yang setia. Harus selalu ada dan menurut dengan apapun yang diinginkan Gusti Biang. Kesannya tak jauh beda layaknya pelayan pada umumnya. Menurut dan tampak sedikit lebih bodoh dibanding majikannya. Namun di balik sikap udiknya, dia justru ksatria yang memakai topeng konyol semata.

Nyoman Niti

Wanita muda yang menjadi pelayan sejak kecil di rumah Gusti Biang. Meski tidak tertulis kata cantik, namun penggambaran sosok Nyoman terlihat cantik dan memikat dengan segala pesona mudanya. Dia terampil dan cerdas, serta menjadi icon wanita muda masa kini yang berani untuk menyuarakan isi hatinya.


Ratu Ngurah

Putra semata wayang dari Gusti Biang. Tokoh ini muncul di akhir cerita sebagai sosok yang menjadi kunci hingga terkuak segala rahasia. Sosoknya terkesan intelek karena menjadi mahasiswa di Tanah Jawa, sekaligus menjadi anak bangsawan yang mencoba untuk menurut pada tatanan sosial yang begitu dijunjung oleh ibunya.


I Gusti Ngurah Ketut Mantri

Sosok mendiang suami Gusti Biang ini disebut-sebut sebagai tokoh pahlawan. Namanya dielukan dan seolah menjadi sosok yang dihormati. Namun ternyata di akhir cerita rahasianya justru terkuak dan justru bertolak belakang.


Sinopsis

Buku ini menceritakan tentang kisah Gusti Biang, seorang janda yang tinggal sebatang kara di Tanah Bali yang sedang menunggu kepulangan anaknya. Ada rasa membuncah yang tampak mengingat anaknya, Ratu Ngurah, yang sedang kuliah di Jawa tak pernah kembali. Sebelum kedatangannya, Ratu Ngurah mengirimkan sepucuk surat kepada ibunda agar dibaca.


Intrik membaca surat pun dimulai, khususnya karena ada interaksi dengan kedua pelayan Gusti Biang yaitu Wayan dan Nyoman. Puncaknya, Nyoman memutuskan kabur dari rumah. Padahal pertengkaran dengan Gusti Biang bukan yang pertama kali. Terlebih Ratu Ngurah sudah akan pulang ke Bali.


Kondisi pun semakin memanas. Kemarahan Gusti Biang tidak terkendali hingga akhirnya memantik Wayan untuk ikut meninggalkan puri. Untungnya ketika Wayan akan melangkah pergi, dia melihat sosok Ratu Ngurah yang sudah sampai ke rumah.


Ratu Ngurah sendiri pun diterpa badai karena sebenarnya memendam cinta pada Nyoman Niti yang sudah terlanjur melarikan diri beberapa saat sebelum dia datang. Namun dia dihadapkan pada tuntutan untuk mematuhi ibunya yang masih tergila-gila dengan status bangsawan. Jiwanya semakin kacau balau ketika Wayan justru menguak sebuah rahasia besar tentang dirinya dan keluarganya. Namun rahasia itulah yang justru menjadi akhir bahagia bagi semua.


Menurut Saya

Kisah di buku ini menarik. Tentu saja untuk sekelas Putu Wijaya, naskah seperti ini sudah menjadi hal yang biasa. Yang menjadi daya tarik sendiri bagi saya adalah seluruh rangkaian cerita di buku ini hanya terjadi dalam satu waktu saja.


Kisah dimulai di sore hari, dengan berbagai intrik yang datang bertubi-tubi, lalu berakhir di petang hari. Semua kisah disampaikan dengan detail hingga seratus halaman lebih. Penokohan terlihat matang, konfliknya terasa, deskripsi nuansa kejadian demi kejadian pun tergambar dengan jelas.


Bagi saya sendiri, saya cukup puas membaca buku ini. Lumayan juga untuk menambah info tentang budaya Bali. Untuk menambah referensi karya sastra cukup oke, pun sekedar untuk refreshing membaca buku ringan juga cukup memuaskan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

@templatesyard