medis, parenting, bisnis, religi

Rectoverso: Sebuah Review Kumpulan Cerpen Karya Dee




Rectoverso, sebuah karya kumpulan cerpen dari Dee yang telah dicetak ulang oleh Bentang Pustaka. Awalnya kumpulan cerpen itu sudah diterbitkan empat tahun sebelumnya, lalu di tangan Bentang, naskah itu dikemas lagi di 2013 dan terus dicetak ulang hingga cetakan ke sekian. Lalu saya baru membacanya di 2024? Hmm... terlambat.


Kenapa mendadak saya membaca kumpulan cerpen ketika biasanya saya lebih suka membaca non fiksi? Tentu saja untuk mencari inspirasi. Itu alasan pertama. Terus menerus membaca karya non fiksi kadang kala juga membuat bosan. Dengan membaca fiksi tak jarang saya menemukan diksi-diksi baru atau ide-ide unik imajinasi yang belum terbayangkan sebelumnya.


Alasan kedua saya tumben membaca buku fiksi adalah untuk membangkitkan lagi ketahanan melahap buku dalam waktu singkat. Maka saya sengaja meminjam buku ini di perpustakan agar kecepatan membaca terdesak oleh waktu, plus memilih membaca karya cerpen biar bisa segera habis dalam sekali duduk. Pilihan saya pun jatuh ke naskah Dee. Terbukti, kumpulan cerpen 174 halaman ini habis dalam satu hari. 


Sinopsis


Hal menarik dari buku ini adalah terdiri dari 11 cerpen dengan konsep hybrida yaitu lirik lagu dan cerpen. Dee sebagai penyanyi sekaligus penulis menyajikan kepiawaiannya dalam dua ranah yang jelas dia kuasai. Setiap cerita diawali dengan sebuah lirik lagu. Awalnya saya kira itu puisi, namun ketika menyadari bahwa itu adalah lagu barulah saya paham bahwa lagu dan cerita pendek itu saling berkaitan. Bisa dibilang cerpen yang mengikutinya semacam sebuah narasi dari lirik-lirik lagu itu.


Sebelas cerita yang dituliskan Dee dari sebelas lagu yaitu,

  1. Curhat buat Sahabat

  2. Malaikat Juga Tahu

  3. Selamat Ulang Tahun

  4. Aku Ada

  5. Hanya Isyarat

  6. Peluk

  7. Grow a Day Older

  8. Cecak di Dinding

  9. Firasat

  10. Tidur

  11. Back to Heaven’s Light


Review


Dari sebelas lagu itu, saya cuma tahu dua lagu yaitu Malaikat Juga Tahu dan Firasat. Karena sudah tahu lagunya saya jadi lebih bisa menduga jalan cerita pendek yang akan disajikan. Namun tetap ada ide kejutan yang tidak diduga. Misal pada Malaikat Juga Tahu dipilih setting sebuah rumah indekos, atau pada Firasat dibuat bahwa itu adalah nama sebuah komunitas yang saling membicarakan firasat masing-masing anggotanya. Wow, unik!


Cerita pendek favorit saya adalah Cecak di Dinding. Tentu lagu yang dimaksud Dee bukan lagu Cicak-cicak di Dinding versi anak-anak. Yang saya suka adalah bagaimana Dee bisa memunculkan ide bahwa lukisan di dinding akan tampak putih ketika lampu dinyalakan, lalu akan dipenuhi oleh ratusan cecak ketika lampu padam. Hati yang menatap pun akan langsung hap ditangkap layaknya nyamuk yang diterjang oleh sebegitu banyak cecak.


Sesuai dengan daftar lagu yang disajikan, ada dua judul lagu dalam Bahasa Inggris maka begitu juga ada dua cerpen yang dituliskan dengan Bahasa Inggris. Meski saya kurang menikmati tapi lumayan juga bisa menggugah lagi pengalaman membaca buku asing setelah sekian lama.


Tak perlu diragukan lagi, Dee selalu berhasil menggugah pembacanya dengan kata-kata yang dibalut dengan perasaan. Begitu juga dengan karya ini. Tak terlalu banyak intrik tetapi pembaca diaduk-aduk emosinya sepanjang cerita.


Recommended? Yup, baca saja!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

@templatesyard