medis, parenting, bisnis, religi

Juru Bicara by Pandji Pragiwaksono




Ini pertama kali saya membaca buku Pandji Pragiwaksono. Sebenarnya sudah tahu nama ini cukup lama. Hanya saja beberapa waktu lalu sempat tertarik dengan celotehannya yang cerdas, plus dengan pengalamannya membuat saya manggut-manggut untuk tahu lebih dalam. Maka begitu menemukan buku di rak perpustakaan dengan nama dia sebagai penulis, saya spontan mengambil salah satunya.

Buku ini berjudul Juru Bicara, diterbitakan oleh Bentang Pustaka tahun 2016. Surprise, buku berjumlah 182 halaman ini habis saya baca dalam satu hari. Di dalamnya terdapat tulisan-tulisan Bang Pandji yang dia ambil dari blog miliknya dan sebagai peringatan 1000 tulisan sudah dia publish di blognya.

Konon Bang Pandji sendiri bingung akan memberi judul apa pada bukunya ini. Namun dia merasa bahwa tulisannya di blog ibarat seorang juru bicara yang menyampaikan apapun yang barangkali lebih baik dari orang lain. Dia menganggap bahwa dirinya adalah juru bicara. Maka, begitulah judul buku itu ditetapkan.

Baru baca di halaman kedua, saya sudah tertampar. "....Menulis blog adalah salah satu cara untuk bisa membangkitkan Indonesia." Ctak blaarr!!! Kok bisa kepikiran sih? Argumen Bang Pandji yaitu dari menulis blog bisa mencerdaskan bangsa, dan seterusnya dan seterusnya. Jujur, saya seolah disadarkan "Tuh, bisa semulia itu lho kalau blognya diurusin" Hehe...

Banyak part di buku ini yang membuat saya senyum-senyum sendiri. Bukan karena Bang Pandji sedang melawak layaknya menyampaikan materi stand up comedy, melainkan karena opini-opini menarik yang dituliskan olehnya. Contohnya tentang betapa banyak orang yang masih suka menjadi konsumen, bukan produsen.

Lucu sekali jika ada orang yang punya kebun pisang. Lalu dia mengolah pisang sedemikian rupa hingga panen. Hasil panen pisang itu dijual di pasar hingga dia mendapat uang. Lalu uang itu dipakai untuk membeli ini itu segala kebutuhan dan keinginannya, salah satunya pisang goreng. Aneh! Kenapa dia sebagai pemilik kebun pisang tidak menggoreng sendiri pisangnya? Atau, jika perkara tidak punya alat, kenapa dia tidak memanfaatkan uang hasil jualannya untuk membeli alat produksi sehingga dia bisa membuat olahan pisang di kemudian hari. Itulah mental konsumen yang masih bercokol di benak pemilik kebun.

Buat saya pemaparan di atas menarik. Pun di part lainnya ketika Bang Pandji merasa bagaimana orang bisa begitu bangga berhasil mengunduh lagu di 4shared padahal itu sama saja membajak. Menurutnya, orang-orang ini tak akan paham karena mereka memang hanya bisa mengonsumsi, belum bisa berkarya.

Satu yang ditegaskan lagi oleh Bang Pandji adalah salah satu alasan dia kini hidup bahagia adalah karena dia berkarya. Maka nikmatilah perasaan bagaimana berhasil membuat karya, dan tentu saja sudah terlepas dari mental konsumen.

Fyuh, menarik! Dari satu buku Bang Pandji yang saya baca pertama ini, saya jadi tertarik untuk membaca buku-buku karya beliau lainnya. Siap hunting besok di perpustakan. Semangat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

@templatesyard