Apa yang kamu bayangkan jika puasa Ramadan dimulai dari selepas Isya dan berbuka di waktu Magrib? Pasti akan terasa sangat berat. Tahukah kamu bahwa pada mulanya puasa seperti itulah yang dilakukan oleh Rosul dan para sahabat? Lalu, mengapa sekarang dimulai sejak terbit fajar hingga tenggelamnya matahari?
Alkisah ada seorang sahabat Rosul bernama Qois bin Shirmah. Beliau adalah sahabat dari kalangan fakir miskin yang sehari-hari bekerja dengan bercocok tanam di ladang. Sebagai seorang mukmin sejati, ketika turun perintah puasa di tahun kedua hijrah, Qois bin Shirmah pun turut mentaati perintah Allah SWT.
Saat itu puasa dimulai dari Isya hingga Subuh. Maka Qois bin Shirmah pun melakukannya. Begitu adzan Isya berkumandang, dia mulai berpuasa. Ketika pagi menjelang, Qois bin Shirmah tetap pergi ke ladang bercocok tanam. Hingga matahari tenggelam, dia baru kembali dari ladang untuk berbuka puasa. Dari Magrib hingga Isya, dia makan dan minum. Lalu begitu adzan Isya, kembali berpuasa. Begitu seterusnya selama sebulan penuh.
Suatu hari, Qois bin Shirmah pulang dari berladang dan hendak berbuka puasa. Begitu sampai di rumah dan menuju meja makan, dia tidak mendapati makanan sama sekali. Istrinya pun berkata, "Maafkan aku. Aku tidak memasak hari ini. Tunggu sebentar, aku akan keluar sejenak untuk mencari makan."
Qois bin Shirmah memaklumi udzur istrinya. Dia mengizinkan istrinya untuk keluar rumah dan mencari makan. Di tengah kelaparan dan kelelahan setelah seharian di ladang, Qois bin Shirmah tertidur saat menanti istrinya pergi.
Ketika sang istri pulang ke rumah, dia mendapati suaminya tertidur. Tak lama kemudian adzan Isya pun terdengar. Qois bin Shirmah sama sekali belum makan. Hanya air yang masuk ke kerongkongannya untuk berbuka hari itu. Namun Qois bin Shirmah tetap mematuhi perintah Allah SWT, dia memulai berpuasa lagi selepas Isya.
Di tengah malam, Qois bin Shirmah kelaparan. Begitu pula saat pagi menjelang. Qois bin Shirmah menuju ke ladang dalam kondisi sangat lapar. Tidak ada asupan untuk energi, hingga akhirnya Qois bin Shirmah jatuh pingsan.
Kondisi yang menimpa Qois bin Shirmah menggegerkan para sahabat. Rosulullah pun mengetahui keadaannya. Dari peristiwa itu, turunlah ayat dari Allah SWT, "... Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam..." (Q.S Al-Baqarah 187)
Maasyaa Allah, karena peristiwa pingsannya Qois bin Shirmah, aturan puasa pun berubah. Sejak saat itu puasa dimulai sejak terbit fajar hingga tenggelamnya matahari. Pola puasa inilah yang sekarang kita lakukan hangga saat ini.
Peristiwa ini menjadi bukti betapa orang-orang yang beriman akan selalu melakukan apapun perintah Allah SWT sekalipun itu sangat berat. Namun satu hal yang juga harus diyakini bahwa Allah SWT tidak akan pernah memberikan beban yang tidak mampu dipikul hamba-Nya. Allah SWT akan selalu memberikan keringanan untuk hamba-Nya. Bahkan Allah SWT sangat senang jika keringanan (rukhsoh) yang diberikan itu diambil oleh makhluk-Nya. Percayalah, Allah adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim yang menyayangi hamba-Nya dan memberikan syariat tanpa mendzalimi makhluknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar