Beberapa hari lalu saya mengikuti pembekalan SuperExpedition, salah satu rangkaian acara SuperKamp yang diadakan oleh Kampung Komunitas Ibu Profesional. Meskipun tahun ini saya bertindak sebagai panitia, dan tahun lalu sudah mengikuti kegiatan serupa sebagai peseta, ternyata ada hal menarik yang saya tangkap di kegiatan kemarin. Salah satu materi pembekalan disampaikan oleh Mbak Ara Kusuma. Sudah kenal tentunya kan? Beliau putri kedua dari Ibu Septi Peni Wulandani, founder Ibu Profesional.
Tema yang disampaikan oleh Mbak Ara adalah tentang Jitu Membidik Solusi. Mbak Ara bercerita bagaimana dia bisa memiliki berbagai project yang membawanya sampai dunia internasional. Bahkan salah satu projectnya dimulai sejak dia berusia sepuluh tahun, yaitu Moo's Project. Projectnya yang lain yang masih hangat sampai saat ini yaitu Aha! Project. Project ini adalah salah satu kegiatan non profit dimana tim menyediakan lembar kerja bagi anak-anak usia sekolah sebagai bahan belajar di masa pandemi, ketika mereka terbatas akses untuk belajar karena tidak ada koneksi.
Bagaimana project ini bermula? Awalnya, ketika wabah pandemi covid baru merebak di Indonesia, Mbak Ara melihat keluar jendela rumahnya. Mengapa anak-anak usia sekolah berjalan-jalan dan bermain di luar rumah di saat jam sekolah, tanpa memakai masker pula. Rasa penasaran dan keingintahuan Mbak Ara membuatnya menelusuri lebih jauh. Ternyata anak-anak itu terkendala internet. Dia tidak bisa mengakses materi sekolah, yang mana pada saat itu semua metode pembelajaran berubah dalam bentuk school from home (SFH). Mbak Ara pun makin berandai-andai, berarti kendala ini terjadi di banyak titik di desa-desa. Khususnya untuk mereka yang terkendala koneksi. Maka lahirlah Aha! Project ini.
Perihal bagaimana mulai membuat projectnya, bagaimana koordinasinya, apa yang dilakukan, dan seterusnya tentu saja dibahas oleh Mbak Ara di sesi kali ini. Semuanya serba teknis dan sangat bisa sekali untuk di-ATM demi membuat project sendiri. Namun, ada satu pertanyaan menarik yang muncul. Bagaimana agar bisa menemukan ide project itu sendiri.
Bukankah ide yang diangkat Mbak Ara adalah ide sederhana. Semua orang rasanya juga pernah melihat anak-anak kecil berkeliaran keluar rumah di awal pandemi dulu dan tidak sekolah. Tapi semua merasa biasa-biasa saja, tidak ada yang merasakan itu adalah suatu hal aneh yang kemudian bisa memantik ide untuk membuat sebuah perubahan besar. Jadi, bagaimana caranya?
Terlepas dari insting dan kepekaan hati Mbak Ara, ada satu cara untuk bisa memunculkan ide tersebut. Caranya yaitu dengan berhenti sejenak dan bertanya. Jika kita tidak berhenti ketika melihat anak bermain di jam sekolah, tentu saja kita akan mengabaikannya. Tetapi, karena kita berhenti lalu kita bertanya, maka kemudian akan muncul pertanyaan berlapis hingga menemukan akar masalah dan memunculkan solusi.
Begitu juga ketika Ara kecil memulai Moo’s project. Jika dia tidak bertanya, mungkin dia hanyalah anak kecil pada umumnya yang sangat suka pada sapi. Hal yang terbayangkan paling hanyalah mengoleksi boneka sapi, atau mendekorasi kamar dengan aksesori sapi. Tapi, Ara kecil bertanya. Kenapa sapi tidak bisa terbang? Kenapa sapi yang ini diambil susunya? Kenapa sapi yang ini diperah biasa? Kenapa yang ini tidak diperah? Dan seterusnya. Lalu dia melihat dan berhenti sejenak ketika melihat peternak sapi mengolah produk sapi dengan cara modern. Lagi-lagi dia bertanya, bagaimana jika peternak sapi di tempat lain yang masih tradisionl bisa belajar melakukan pengolahan produk seperti peternak modern ini. Begitu seterusnya hingga terlahir sebuah gerakan Moo’s Project.
Jadi, jika kita ingin berdampak, ingin lihai menangkap tantangan, lalu jitu membidik selusi, berhentilah sejenak dan bertanya. Tak perlu tergesa hingga abai pada segalanya. Berjalanlah perlahan dan amati sekitar. Mungkin ada amalan amar ma’ruf nahi munkar yang bisa kau lakukan.
Semangat melakukan perubahan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar