medis, parenting, bisnis, religi

Familiar Wife

 

Familiar wife


Kadang kala orang tidak bisa melihat kesalahan dirinya sendiri, sampai dia bertemu pada keadaan yang berbeda yang membuatnya belajar dari kesalahannya. Poin ini saya dapat begitu menyelesaikan drama korea Familiar Wife. Bagi sebagian orang, mungkin saya terhitung terlambat menonton film ini. Tapi karena ada beberapa poin yang membuat saya terkesan, saya sengaja mengkristalkan insight di tulisan ini sebelum akhirnya semua terlupa dan menghilang tak berbekas.


Sinopsis


Film ini menceritakan tentang seorang suami yang merasa tak nyaman lagi dengan istrinya. Sang istri berubah drastis dari sosok yang sangat ceria ketika gadis, menjadi monster menakutkan yang penuh amarah. Kebetulan pada suatu ketika suami tersebut bertemu dengan sosok yang disukainya ketika masih menjadi mahasiswa. Lalu dia berandai-andai kehidupan bisa diubah.


Tanpa disangka kesempatan pun datang. Dia dibawa ke masa lalu dan mengulang kejadian yang sama. Ketika prahara rumah tangganya makin pelik, dia mengulang kesempatan itu dan berhasil kembali ke masa lalu. Kini dia menjalani hidup sesuai keinginannya.


Nyatanya kehidupan tidak membaik, justru makin runyam. Dia pun bertemu dengan mantan istrinya dan menyadari ada banyak hal yang keliru dari pernikahannya. Sampai di titik ini dia hampir menyerah, namun sang istri mencoba mengambil kesempatan untuk mengulang masa lalu lagi. Dari sanalah hubungan mereka pun diperbaiki.


Apa yang saya dapat?


Ada beberapa poin yang membuat saya mengulum senyum.

  1. Wanita berubah setelah menikah

Poin ini dirasakan oleh ketiga tokoh lelaki dalam film. Wanita setelah menikah memang berubah. Awalnya mereka menyalahkan istrinya yang menjadi begitu mudah marah, lantas terkesan menyeramkan dan tidak semenarik saat lajang. Namun ketika tokoh utama kembali ke pernikahannya semula, dia bisa menyadari bahwa wanita memang akan menjadi stres dan depresi secara alami. Itu karena begitu banyak tuntutan yang harus dia lakukan seperti pekerjaan rumah, anak-anak, bahkan sesepele namanya yang menghilang karena dipanggil 'ibu'. Poinnya bukan menyalahkan wanita, tapi bagaimana seorang pria bisa menyelamatkan sisi lajang wanita itu agar tetap bisa berjalan meski sedang menikah. Hm, menarik!




  1. Jika sudah takdirmu, itulah yang terbaik untukmu

Ketika tokoh pria mengulang kehidupannya dan menikah dengan sosok baru, di perjalanan hidupnya tetap saja dia bertemu dengan istri di kehidupan sebelumnya. Mau mengelak bagaimanapun juga, ternyata rasa cinta itu pun tumbuh dengan sendirinya. Bahkan ketika dia mundur lagi dan berada di kesempatan ketiga, tetap saja rasa cinta itu muncul sekalipun dia sudah sekuat tenaga menghindari sosok istrinya.

Di sini berlaku pemahaman bahwa takdir jodoh, hidup, mati, rezeki seseorang memang sudah ditetapkan. Tak perlu lagi berandai-andai, betapa enaknya menjadi si dia atau beranggapan seandainya tidak perlu mengalami salah satu fase dalam hidup. No, percayalah bahwa ini memang skenario terbaik yang sudah digariskan Allah SWT.


  1. Pernikahan adalah sebuah perjuangan jangka panjang

Nyambung dengan poin pertama, bukan hanya wanita yang berubah setelah menikah, tapi akan ada banyak lika-liku kehidupan yang dijumpai dalam rute pernikahan. Akan ada fase up and down, ada fase marah-marah dan sesi duka tak bertepi. Jika tak menyadari, kondisi ini akan makin berlarut-larut. Tapi ketika pasangan suami istri mengulang kesempatan dan menikah 'kembali', mereka menyadari hal-hal apa saja yang perlu diantisipasi.

Jam bangun tidur yang kesiangan misalnya, diakali dengan memajukan alarm. Urusan sekolah anak barangkali, diselesaikan dengan teamwork saling berbagi peran.

Sayangnya, kita memang tidak mengulang kehidupan layaknya tokoh di film. Tapi setidaknya kita bisa menajamkan hati, lalu melihat di titik mana kita perlu saling kompromi. Yup, di sinilah perlu komunikasi suami istri.



  1. Menjaga kehangatan suami istri

Poin ini sengaja saya pisah sebagai solusi dari poin sebelumnya. Ketika berada di fase mengulang hidup, sosok pria menyadari di mana letak kesalahannya dan apa yang perlu dia perbuat.

Pertama, perlu ada waktu untuk mendengarkan keluh kesah pasangan. Kadang kala suami tenggelam pada pekerjaan dan menganggap bahwa istri seharusnya bisa mengatasi masalahnya sendiri.

Kedua, ikut mengambil peran. Urusan rumah tangga dan anak bukan melulu tugas istri. Di sini perlu ada pembagian tanggung jawab agar kehidupan suami dan istri sama-sama berjalan seimbang. Tak masalah jika jatah minggu ini suami mencuci piring dan lain-lain seperti kesepakatan tokoh di film.

Ketiga, pujilah istri setiap hari. Ini sebuah saran dari tokoh pria kepada rekannya. Kesannya mungkin sulit dipercaya, tapi nyatanya cukup efektif di pernikahan. Daripada protes istri yang selalu menguncir rambutnya setiap hari karena tidak sempat keramas, puji dia dengan berkata "Kamu terlihat seperti mahasiswa jika rambutmu diurai." Daripada menggerutu dan kesal karena tak ada sarapan di rumah, lebih baik memuji "masakan buatanmu jauh lebih enak". Yup, dengan sedikit pujian akan menggerakkan hati sang istri.



Keempat, perlu moment berduaan untuk berkencan tanpa membawa anak-anak. Sekedar jalan-jalan berdua, kembali memadu kasih, dan bukan untuk membicarakan hal serius sangat efektif untuk menjaga kadar cinta di hati suami istri. Titipkan anak pada orang tua sesekali waktu, dan coba lakukan itu 

Kelima, hargai kesenangan pasangan, bila perlu berikan hadiah. Di pernikahan sebelumnya, istri sangat kesal ketika suami membeli game terbaru. Tapi di pernikahan berikutnya, istri justru memberikan hadiah game kepada suami atas pencapaiannya. Meski dengan syarat suami hanya boleh memainkannya 30 menit sehari, tetapi dengan begitu suami sudah sangat merasa dihargai.


Kalau dipikir-pikir, lima tips di atas mewakili lima bahasa cinta. Quality time, act of service, words of affirmation, physical touch, dan gifts giving. Ya memang dengan memenuhi bahasa cinta itulah tangki cinta kita akan penuh dan kehangatan suami istri tetap terjaga.


  1. Hubungan dengan mertua

Menikah bukan hanya menjalin ikatan dengan suami atau istri saja. Menikah juga berarti memiliki orang tua baru beserta seluruh keluarganya. Di pernikahan keduanya, tokoh lelaki dalam film 'terpenjara' dalam kehidupan keluarga istrinya. Di satu sisi dia menjadi menantu baik karena setiap weekend berakhir pekan bersama mertuanya. Tetapi di sisi lain, istrinya yang kaya raya meremehkan keluarga suami yang miskin dan memiliki rumah kecil. Bahkan ibu dari tokoh pria sampai beranggapan bahwa anaknya telah direbut paksa darinya.

Berbeda halnya dengan anggapan mertua dari istri pertama. Ketika sosok menantu lelaki itu datang, disambut dengan suka cita. Bahkan rasa cintanya pada menantunya lebih besar daripada kepada anaknya sendiri.

Bagi orang tua, mereka tidak butuh sekedar kiriman uang setiap bulan. Perhatian dan kehadiran sang anak jelas lebih diperlukan.


  1. Ketika istri lebih hebat dari suami

Di film tokoh istri dipromosikan lebih dulu daripada suami. Awalnya istri merasa tidak enak hati, tetapi berkat respon dan dukungan suami, mereka menjalaninya dengan bahagia.

Pernikahan bukan sebuah kompetisi. Tidak ada istilah menang kalah antara suami dengan istri. Ketika salah satu menghebat, itulah kehebatan bersama. Lagi-lagi di sini poin kebersamaan dan menjadi satu kesatuan kembali direkatkan.


The End

Akhirnya pasangan itu pun hidup bahagia. Saya yang menontonnya pun ikut bahagia karena mendapat banyak insight secara tidak sengaja. Satu lagi yang saya suka dari film ini. Meski judulnya Familiar Wife dan bercerita tentang lika-liku pernikahan, tetapi sama sekali tidak ada adegan suami istri di sini. 

Buat yang merasa butuh refleksi dengan kehidupannya, tidak ada salahnya menonton film ini. Selamat menonton.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

@templatesyard