medis, parenting, bisnis, religi

Kepala Pemberian Allah

Baku hantam



Mari kita selesaikan dengan cara jantan. Agaknya motto itu sukses bercokol di batok kepala kedua bocah ketika menghadapi masalah.


Barangkali mereka merasa menjadi cowok macho ketika bisa beradu otot. Tentu bukan otot musculus orbicularis oris dan segala nervus yang menginervasi mulut dan sekitarnya, karena opsi ngomel-ngomel sudah dikuasai wanita demi menuntaskan target dua puluh ribu kata tiap harinya. Refleks kelelakian mereka lebih sering ditunjukkan dengan mengandalkan kaki dan tangan yang saling menerjang.


Padahal ada sejuta cara untuk mengakhiri semua prahara. Seperti siang itu misalnya, ketika mereka akhirnya tahu bahwa problema mereka terselesaikan dengan cara berbeda.


Suatu ketika dua kakak beradik itu sudah saling berhadapan. Meski tidak dengan posisi kuda-kuda, tapi keduanya terlihat siap untuk memulai baku hantam. Salah seorang lebih dulu menyatukan jari jemarinya, lantas memilih titik fokus objek sasarannya.


Buk! Sasaran pun terkena. Sedetik kemudian ...


"Kok kamu mukul kepala? Ga boleh mukul kepala! Kepala kan pemberian Allah," maki sang kakak dengan nada protes.


Si kecil terhenyak. Kepalan tangannya masih belum terurai. Dia tersentak karena serangan pamungkasnya tidak dibalas dengan cara lelaki, tapi justru ditangkis dengan cara da'i.


Pertarungan pun seketika berhenti dan acara serta merta berganti. Ah terbukti kan bahwa tidak semua perkara harus diakhiri dengan adu kekuatan raga. 


Kini mereka menuju babak berikutnya. Kedua kakak beradik itu menepi, mereka justru saling berkontemplasi dan muhasabah diri. Tak ada lagi tangan terkepal, yang ada justru saling bercakap mesra. Mereka mempertanyakan, entah apapun yang kena pukul pada akhirnya, bukankah semuanya memang pemberian Allah Ta'ala? Lantas, bagian mana yang akan boleh untuk dipukul selanjutnya? Pelik! Lebih rumit dibandingkan sengketa mereka sebelumnya.


Namun dua bocah itu memberi makna. Bahwa mereka mengingat ada hak dari sang pemberi terhadap apa yang sudah diberikan. Ada sesuatu yang harus dijaga dan dihormati karena bukan miliknya seutuhnya melainkan hanya pemberian-Nya saja.


Andai manusia ingat bahwa semua bagian tubuh adalah pemberian-Nya, akankah mereka masih berlaku seenaknya? Memakai tangan untuk mengambil yang bukan haknya. Melangkahkan kaki ke tempat yang tidak seharusnya. Dan seterusnya ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

@templatesyard