Besok insya Allah kita memasuki puasa hari pertama di bulan Ramadan tahun ini. Sudahkah kita mempersiapkannya? Tentu bukan sekedar persiapan stok makanan untuk sahur dan berbuka, tetapi juga persiapan ruhiyah untuk menunaikannya. Bagaimana juga dengan anak-anak kita? Apakah mereka siap untuk puasa kali ini?
Terkadang ada pertanyaan tersendiri di benak para orang tua. Apakah seorang anak memang harus berpuasa? Apa tidak apa-apa anak kecil menahan lapar dan haus sekian lama? Ataukah memang lebih baik menunda saja hingga nanti dia sudah paham saat menjelang remaja?
Puasa memang tidak diwajibkan untuk anak-anak yang belum akil baligh. Kondisi mereka belum mukalaf, sehingga mereka tidak dibebani hukum wajib dan dosa ketika meninggakan suatu amalan. Meski demikian, bukan berarti anak lalu diabaikan. Memberikan pengalaman puasa sebagai salah satu bentuk latihan dapat dilakukan sejak anak-anak masih kanak-kanak.
Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim pernah disampaikan. Pada suatu hari Asyura yaitu 10 Muharram, Rasulullah SAW mendatangi kampung-kampung kaum Anshar. Beliau memerintahkan kaum muslimin yang sudah berpuasa sejak pagi untuk menyempurnakan puasanya. Bagi yang belum berpuasa, diminta untuk langsung berpuasa saat itu juga. Lalu kaum muslimin pun berpuasa, begitu juga dengan anak-anaknya. Mereka membuat mainan dari kapas yang berwarna-warni. Ketika mereka pergi ke masjid dan sang anak menangis karena lapar, mainan kapas itu pun dikeluarkan untuk bermain hingga waktu berbuka.
Masya Allah... Dari hadits tersebut kita tahu sebuah riwayat bahwa para sahabat pun mengajak anak-anaknya untuk berpuasa. Mereka tidak menunggu anak mukalaf dulu untuk mulai dibebankan perintah puasa. Bahkan mereka rela menyediakan mainan sebagai fasilitas untuk mendukung anak mampu berpuasa.
Maka, memberikan pengalaman puasa pertama kepada seorang anak menjadi salah satu poin yang penting bagi orang tua. Tak perlu menggegas anak untuk segera sempurna berpuasa hingga sehari utuh. Lakukan saja secara bertahap sesuai dengan kemampuan ananda.
Jika di hari pertama anak baru sanggup menahan lapar hingga pukul sepuluh, tak mengapa jika dia harus berbuka. Esok dilatihkan kembali untul berpuasa, barangkali dia akan kuat berpuasa hingga beduk dzuhur. Begitu seterusnya hingga nanti dia terbiasa dan mampu menjalankan puasa dengan sempurna.
Semoga dengan pembiasaan perlahan sesuai kemampuan anak ini menjadikan kesan puasa hari pertama sebagai sebuah pengalaman yang menyenangkan. Dengan begitu dia akan makin bersemangat untuk menjalani puasa hari-hari berikutnya. Insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar