"Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata." (Al Ahzab: 36)
Di zaman Rasulullah, ada seorang sahabat bernama Julaibib. Dia memiliki paras yang buruk, berkulit hitam, fakir lagi miskin. Tak ada penduduk bumi yang menggubrisnya, kecuali Rasulullah SAW.
Suatu ketika Rasulullah SAW bertanya pada Julaibib, "Apakah kamu tidak ingin menikah?" Tentu saja Julaibib ingin, namun mana ada wanita yang mau padanya. Termasuk para orang tua yang memiliki anak gadis. Sama sekali tak ada yang berharap memiliki menantu seperti Julaibib. Setiap mendengar namanya, mereka akan menutup pintu rumah rapat-rapat. Melihat kondisi Julaibib ini, maka Rasulullah SAW menawarkan diri untuk membantu mencarikan pasangan.
Rasulullah menemui sebuah keluarga yang menurut beliau pantas untuk menerima Julaibib, yaitu keluarga Abu Al Jariyah. Beliau mengatakan, "Aku datang untuk melamar putrimu Jariyah." Betapa riang hati sang Ayah. Wajahnya berbinar karena putrinya dilamar oleh Rasulullah SAW. Namun Rosul meneruskan kalimatnya, "....untuk Julaibib."
Seketika padamlah cahaya dari wajah sang Ayah. Dia pun menata perkataannya dan menyampaikan, "Aku akan berdiskusi dulu dengan istriku." Rosulullah pun mempersilakan. Di sini Rosul menunjukkan kebijaksanaanya, bahwa sebagai pemimpin beliau tidak otoriter yang mengharuskan semua pengikutnya tunduk mengikuti kemauannya.
Maka terjadilah diskusi pada suami dan istri itu. Mereka jelas tidak rela putrinya yang cantik dan bernasab harus menikah dengan Julaibib yang buruk rupa dan bukan dari kalangan mana saja. Mendengar obrolan ayah ibunya, Jariyah memanggil orang tuanya dan menyampaikan sebuah ayat, "Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata."
Seketika pahamlah sang Ayah akan maksud putri kesayangannya. Mereka menerima pinangan Rasulullah SAW atas dasar ketaatan Jariyah pada ketetapan yang telah diberikan pada dirinya. Maka menikahlah Julaibib dengan Jariyah, wanita yang cantik, kaya raya, dan berasal dari nasab keluarga terhormat. Mereka menjadi pasangan karena sama-sama meyakini bahwa Rasulullah memberikan yang terbaik untuk mereka.
Tak selang berapa lama dari ijab qobul mereka, seruan untuk berperang tiba. Sebagai sahabat yang selalu berada di barisan terdepan ketika perang, Julaibib pun menyatakan akan ikut serta. Melihat hal itu Rosulullah SAW mengingatkan, "Tidak perlu, Julaibib, engkau baru saja menikah".
Rosulullah SAW paham bagaimana Julaibib merindukan pernikahan. Dia baru saja menikah dan wajar baginya jika menikmati pernikahannya dahulu. Namun Julaibib menolak. Dia bersikeras untuk ikut serta dalam barisan pasukan peperangan.
Hingga perang usai, Rosulullah SAW mengecek pasukannya. Dia bertanya kepada para sahabat, "Apakah kamu kehilangan seseoranga?" Mereka menyebutkan satu demi satu sahabat yang gugur. Namun Rosulullah SAW tidak berhenti bertanya. Beliau menanyakan Julaibib, di saat semua sahabat tidak memperhatikan di mana keberadaannya.
Maka didapatilah Julaibib syahid di medan peperangan. Rosulullah SAW serta merta mengangkat jasadnya. Beliau sendiri yang menjadi alas jenazah Julaibib hingga ke liang lahat dengan kedua tangannya. Rosulullah SAW pun berkata, "Dia adalah bagian dari diriku, dan aku adalah bagian dari dirinya." Ucapan Rosulullah SAW menjadi bukti betapa Rosul sangat menyayangi Julaibib.
Sepeninggal Julaibib, Jariyah menjadi janda yang kaya raya. Keberkahan melimpahi keluarga Abul Jariyah. Harta mereka melimpah, hingga Jariyah dikenal sebagai wanita Anshor yang paling banyak bersedekah. Dia selalu memberikan bantuan melebihi yang diminta.
Dari kisah Jariyah dan Julaibib kita mengambil pelajaran bahwa cukup ketetapan Allah dan Rosulnya menjadi pegangan dalam kehidupan. Maka percayalah, bahwa akan ada kemudahan di balik ketetapan itu.
#Notulen 30 Surat Cinta Allah Kepada Wanita bersama Ustadz Oemar Mita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar